Minggu, 18 November 2012

Bintang dari Segala Bintang

Ditulis oleh Asa di 03.09
            Aku adalah seorang pelajar SMA. Dulu aku adalah sosok gadis yang ceria, mudah bergaul, dan mempunyai banyak teman. Namun sekarang aku berubah menjadi pribadi yang pendiam dan suka menyendiri, bukan karena aku sombong atau apa, hanya saja aku tidak ingin menambah daftar orang yang menangisi kepergianku nanti. Hari-hariku hanya ditemani oleh buku harian, kursi roda yang setia menemaniku kemanapun aku pergi dan tentunya penyakit yang menyebabkan kemampuan fisikku hilang, hingga akhirnya lumpuh. Ya, ataxia namanya. Dokter Chris yang memintaku untuk menuliskan setiap kejadian yang kualami di buku harian, aku tidak tahu untuk apa, mungkin untuk mengetahui apa yang kulakukan di sisa hidupku.



            Dulu aku mempunyai keluarga yang lengkap, ada papa, mama, sama kakak perempuanku. Papa itu pahlawan. papa is my hero. Berkat papa kita bisa hidup enak seperti ini. Tapi papa pergi lebih dulu. Papa ninggalin kita. Kakakku cantik dan juga baik, namanya Pramudina. Nama yang bagus bukan? Tapi sekarang dia uda nggak sama aku lagi, dia uda di surga. Apa mungkin aku akan menyusul mereka sebelum mama? Yaa.. mungkin saja.

***
___________________________________________________________________
                - Selamat datang ataxia-
Namaku Mutiara. Ini tulisan pertamaku. Aku nggak tau kenapa Dr.Chris menyuruhku menulis apa yang kualami di buku harian. Hmm, mungkin agar beliau bisa memantau perkembangan penyakitku. Hmm, yaa.. mungkin saja. Tapi aku tidak mau seorangpun tau apa yang kualami, termasuk Dr.Chris. Aku tidak mau menceritakan kesedihan, kesakitan, penderitaan ku disini. Aku akan menceritakan kebahagiaanku saja. Yaa, kalaupun itu ada :) Selamat datang ataxia, selamat datang di buku diary bahagiaku :) kau bukan penghalangku untuk tetap tersenyum..            
__________________________________________________________________

***
            Hari itu datang, sebuah perubahan yang merevolusi jiwaku. Saat pertama aku mengenalnya, Lian. Ia murid baru dengan tatapan penuh kepercayaan memilih duduk sebangku denganku. Awalnya aku hanya diam, tapi ia selalu mengajakku bicara hingga akhirnya pribadiku yang ceria dulu kembali. Ia tak pernah berhenti melontarkan berbagai macam pertanyaan yang selalu membuatku berbicara panjang lebar. Semakin aku berbicara dengannya, semakin aku mengenalnya lebih jauh, semakin aku merasa nyaman berada didekatnya, dan semua itu berkembang menjadi sebuah kebebasan. Kebebasan menceritakan apa yang kualami. Dan kebebasan itu berkembang menjadi sebuah kepercayaan.



            Hari ini aku telah menemukan sosok sahabat sejati. Ia tidak pernah melihat kekuranganku. Kita selalu berbagi. Berbagi tentang segala hal. Lian adalah sosok gadis yang energik, menarik, dan pintar. Ia juga mudah bergaul dan aktif dalam berorganisasi baik di dalam sekolah maupun luar sekolah, tak heran ia memiliki banyak teman. Ia memang ramah dan murah senyum. Aku sangat menyukai kepribadiannya. Aku yakin, setelah beberapa bulan ia bersekolah disini, ia akan memiliki banyak pengagum baik guru, adik kelas, kakak kelas, penjaga sekolah, bahkan satpam. Ini bukan lelucon, tapi inilah faktanya, lihat saja nanti.

***
___________________________________________________________________
                -Malaikat buat aku-
Awalnya aku pikir buku ini bakal kosong setelah tulisan pertamaku. Tapi aku salah. Ada Lian sekarang.  Lian itu seperti malaikat buat aku. Apa papa sama kak Dina yang kirim Lian buat aku? Terima kasih yaa J Oya, Selamat datang di kehidupanku, Lian. Aku senang bertemu denganmu hari ini. Be my bestfriend, will you? :)
__________________________________________________________________

***

            Kini penyakitku semakin parah, aku tidak bisa menulis sebaik dulu lagi, tak bisa memutar roda kursi roda selincah yang kulakukan dulu. Terkadang Lianlah yang menjemputku di depan sekolah setiap pagi dan mendorong kursi rodaku menuju kelas, mengantarkanku ke tolet ketika aku ingin, mencatatkan materi pelajaran di buku tulisku, dan mendorong kursi rodaku hingga depan sekolah ketika pulang. Aku tidak enak pada Lian kalau ia selalu melakukan semua itu untukku setiap hari. Aku sangat berterima kasih padanya, dan meminta maaf untuk itu. Lian tersenyum dan melontarkan jawaban yang bisa membuatku merasa beruntung dan bahagia bertemu dirinya, “Tidak apa-apa. Itu gunanya seorang sahabat bukan? Saling membantu satu sama lain. Kamu tahu? Saat kamu bahagia, saat kamu sedih, saat kamu marah, aku tetap menyukaimu. Jika kamu sakit, dan tidak membutuhkan bantuanku, aku tetap disisimu.” Dan satu lagi, kali ini benar-benar membuatku menangis terharu. Saat aku bertanya “Mengapa?”, ia menjawab “karena aku sahabatmu, benar kan?”. Aku menangis dan memeluk Lian, erat.

***
___________________________________________________________________
                -Your’e my bestfriend :) -
“Saat kamu bahagia, saat kamu sedih, saat kamu marah, aku tetap menyukaimu. Jika kamu sakit, dan tidak membutuhkan bantuanku, aku tetap disisimu.” Mengapa? “karena aku sahabatmu” :) Terima kasih Lian
__________________________________________________________________

***
            Lian adalah salah satu redaksi majalah sekolah. Suatu siang di hari Minggu ia mengajakku mewawancarai anak-anak jalanan. Kami melakukan observasi. Kami menemukan anak-anak jalanan di kolong jembatan. Aku dan Lian menghampiri mereka, rupanya mereka sedang menghitung uang hasil ngamen, berjualan koran, dan berjualan minuman botol. Kebanyakan dari mereka masih usia sekolah, sekitar 6-12 tahun. Dan terlihat juga anak-anak yang usianya diatas 12 tahun. Disini yang usianya lebih tua akan melindungi mereka yang lebih muda.

            “Kasihan sekali mereka, diusia mereka yang harusnya sekolah malah harus bekerja cuma demi makan. Kita beruntung ya Mut, makan tinggal ngambil. Gak perlu kerja dulu” kata Lian sambil terus melihat ke arah anak-anak jalanan itu. Aku dan Lian pun langsung melakukan wawancara. Aku tertarik melihat seorang anak jalanan yang ceria dan optimis, kami pun langsung mendekat, dan Lian memulai pembicaraan.

            “Halo dik, namanya siapa?” sapa Lian penuh semangat. “Namaku Abi kak” nampaknya ia sedikit takut. “Jangan takut dik, kakak cuma mau wawancara buat majalah sekolah. Kakak boleh tahu nggak kehidupan adik sehari-harinya?” ujar Lian meyakinkan anak jalanan itu. “Boleh kak” ucap Abi. Lian menekan tombol start pada recorder nya dan melontarkan beberapa pertanyaan kepada Abi dan Abi menjawabnya dengan antusias. Apa yang diceritakan Abi tentang kehidupannya membuat Aku dan Lian menangis. “Dulu Abi sama ibu berangkat dari Cirebon ke Surabaya, eh pas di stasiun Abi kehilangan ibu. Ibu jahat, ibu nggak nyari Abi. Abi ditinggal sendiri. Terus seseorang dateng ngehampiri Abi, namanya ibu Uti. Ibu Uti bawa Abi kesini, Abi disuruh jualan koran. Abi diangkat jadi anaknya. Abi seneng disini, banyak teman. Oya kak, kakak kenal sama Presiden nggak? Tolong bilang ke pak Presiden, Abi nggak bisa baca, tapi Abi pengen jadi Tentara”

***

            Sore harinya setelah mewawancarai anak jalanan, Lian datang ke rumah. Aku membantunya menyusun laporan wawancara siang tadi. Lian duduk diteras rumah sambil menggenggam recorder yang sedang memutarkan percakapannya dengan Abi siang tadi. Aku dan mama menghampirinya, mama membawa teh hangat dan sepiring brownies untuknya, mama meletakkan itu di meja. Dan aku tetap diam dibelakang Lian, tetap duduk di kursi roda. Aku menmegang pundak Lian, ia menghampiriku berkata “Aku akan membantu mereka” Lian menangis. Aku terhanyut, sekilas aku melihat secarik kertas, ada tulisan lintang disana : Ada Bintang Di Bawah Kolong Jembatan.

***
___________________________________________________________________
                -Ada Bintang dibawah Kolong Jembatan-
Hari ini aku sama Lian pergi mewawancarai anak-anak jalanan di kolong jembatan. Salah satu anak yang kita wawancarai namanya Abi. Kata-kata Abi yang bikin kita nangis :kakak kenal sama Presiden nggak? Tolong bilang ke pak Presiden, Abi nggak bisa baca, tapi Abi pengen jadi Tentara” Semangat Abi, kamu pasti bisa !!!
__________________________________________________________________

***

            Minggu ini, Lian mengajakku ke yayasan AIDS yang ada di Surabaya. Selain aktif berorganisasi di dalam sekolah, ia juga aktif berorganisasi di luar sekolah. Dia tercatat sebagai relawan AIDS di Surabaya. Meskipun usianya yang baru 16 tahun, Lian diterima menjadi relawan AIDS karena ia bisa memberi semangat hidup kepada para ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).

“Apa kamu tahu mengapa aku mendaftar sebagai relawan AIDS?” ucapnya saat Lian mendorong kursi rodaku memasuki yayasan AIDS. Aku menggelengkan kepala. Lian berkata “Karena dulu kakak laki-lakiku terkena virus HIV. Namanya Mika. Kami beda 7 tahun. Sangat percaya diri dan menyenangkan. Kamu pasti senang berteman dengannya. Dia orang yang menyenangkan. Dia kuat. Dia nggak pernah nunjukin ke kita kalau dia kesakitan. Kak Mika itu malaikat. Tapi dia pelupa. Dia lupa pakai sayap malaikatnya. Sekarang dia lagi ambil sayap malaikatnya, di surga” ia berhenti mendorong kursi rodaku, ia berjongkok dan menangis. Aku memutar kursi rodaku perlahan, menghadap Lian. Aku ikut menangis.

***
            Sesampainya di dalam, aku dan Lian disambut dengan beberapa ODHA. Mirisnya beberapa diantaranya adalah seorang balita. Tanpa sadar aku meneteskan air mata. Lian menempatkanku di samping kumpulan ODHA yang sedang melakukan pelatihan di aula. Lian tampak ceria dan ramah, ia bersama relawan AIDS lainnya nampak kompak saat memberikan suntikan motivasi kepada para ODHA. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin setiap dua minggu sekali. Para ODHA akan merasa lebih baik setelah mendapat pelatihan ini.
***
___________________________________________________________________
                -Lian juga punya malaikat-
Hari ini aku sama Lian pergi ke yayasan AIDS di Surabaya. Lian menceritakan alasannya mendaftar sebagai relawan AIDS. Kata Lian, dulu kakak laki-lakinya terkena virus HIV. Namanya kak Mika. Kata Lian, kak Mika itu malaikat. Tapi dia pelupa. Dia lupa pakai sayap malaikatnya. Sekarang dia lagi ambil sayap malaikatnya, di surga. Pasti kak Mika itu menyenangkan, semoga kita bisa bertemu disana ya kak :)
__________________________________________________________________

***

            Sudah 4 bulan aku dan Lian melewati hari bersama-sama. Dari mewawancarai anak jalanan, pergi ke yayasan AIDS, mengumpulkan sumbangan untuk diberikan ke panti asuhan dekat sekolah, dan membuka rumah singgah untuk anak jalanan selama 3 hari saat liburan semester lalu. Kondisiku juga semakin memburuk. Tapi, hari ini Lian harus pergi ke Bandung. Mama Lian ada bisnis disana. Aku takut, aku tidak bisa menunggu Lian sampai ia kembali kesini lagi. “ ini waktunya aku pergi Mut, maaf ya. Makasih ya, kamu uda jadi sahabat terbaik aku. Aku nggak bakal lupain kamu kok. Kamu jangan nangis dong. Aku pasti kembali, aku bakal kembali dengan perubahan besar. Aku juga akan segera mewujudkan cita-citaku untuk membuat rumah singgah untuk Abi dan kawan-kawannya” , kata Lian meyakinkanku.

            Lian memelukku, kemudian ia pergi menaiki mobil sedan silver. Mobil itu bergerak semakin jauh. Aku kehilangan Lian. Waktu telah menculik sahabat terbaikku. Aku menangis, mama membawaku masuk ke dalam mobil.
***
___________________________________________________________________
                -Bertemu Lagi-
Aku harap kita bisa bertemu lagi Lian, aku pasti akan merindukanmu. Aku akan berusaha untuk tetap hidup. Aku akan menunggumu Lian. Cepat kembali.. Kamu tau? Tulisanku sekarang jadi makin jelek, huft..
__________________________________________________________________

***
            Aku menjalani hari-hari tanpa Lian. Tidak ada cahaya yang menyinariku lagi. Lian itu seperti bintang. BINTANG DARI SEGALA BINTANG. Aku berubah menjadi sependiam dulu lagi. Saat aku melihat anak jalanan, aku teringat Abi, lalu aku teringat Lian. Lian sangat ingin mewujudkan impian anak-anak jalanan itu. Tak ada kabar dari Lian. Aku kehilangan kontak dengannya selama dua bulan. Harapanku masih sama, aku ingin tetap hidup untuk bisa bertemu Lian, lagi. “Cepatlah kembali Lian, sebelum aku lelah berperang dengan penyakitku ini”

***
            SMS dari nomor tak dikenal “Mutiara, aku menunggumu di RS. Pelita sore ini. Temui aku di ruang gardena no.04. Lian”. aku terkejut. Lian kembali. Aku berpikir sejenak, “mengapa kita harus bertemu di rumah sakit?” tapi pertanyaan itu memudar karena aku terlalu bahagia bertemu dengan Lian. Aku membayangkan hari-hariku akan kembali seperti dulu saat aku bersamanya, bahagia.

***
            Aku dan mama sudah tiba di RS. Pelita. Sudah di depan salah satu pintu ruang gardena, yang bertuliskan nomor 04. Kubuka pintu perlahan, sekilas aku lihat seorang gadis seusiaku tidur diatas ranjang. Semakin kubuka pintu itu lebar-lebar, aku mengenalinya. Yaa.. itu Lian. Mataku terbelalak melihat kondisi Lian. Ia terlihat sakit. Sangat sakit. Aku hampir tidak percaya itu Lian. Lian yang setiap harinya selalu ceria, kini terbaring lemah diatas ranjang.

            Aku menghampiri Lian. Aku menangis. Lian melihat ke arahku. Lian juga menangis. Dari dekat, wajah Lian lebih pucat dibandingkan pucat di wajahku yang sekian lama menderita penyakit ataxia. Apa Lian sakit? Sakit apa dia? Separah itukah?. Lian menjelaskan, “Maafkan aku Mutiara, aku berbohong kepadamu. Sebenarnya aku tidak pergi ke Bandung, tetapi aku pergi ke rumah sakit ini untuk mendapat perawatan khusus. Aku sakit leukimia”. Sejenak jantungku berhenti berdetak. “Aku tidak mau bilang kepadamu karena aku tidak ingin membuatmu sedih. Aku punya kabar bahagia untukmu, mama sudah berhasil mewujudkan rumah singgah untuk Abi dan kawan-kawan. Mereka bisa belajar. Kamu mau kan menemui mereka sewaktu-waktu kalau aku sudah tidak disini lagi?” lanjut Lian. Aku terdiam, aku tidak bisa berkata apapun. “Maaf Mutia, aku tau aku salah, maafkan aku” Lian menangis, aku juga. Aku berusaha bangkit dari kursi roda dan memeluknya. Tapi aku tidak bisa.

            Lian berusaha bangun dengan tubuhnya yang lemah. Sangat lemah. Ia duduk menyamping diatas ranjang. Ia berusaha berdiri tapi tidak bisa. Lalu Lian batuk, batuk terus hingga mengeluarkan darah. Aku berteriak meminta tolong. Sebelum ada orang yang masuk, Lian berbicara “Terima kasih Mutia. Aku senang mengenalmu, aku senang bersahabat denganmu, kuatlah melawan penyakitmu, hiduplah demi orang-orang yang menyayangimu termasuk aku” seulas senyum sempat kulihat di bibir Lian. Senyum terakhir yang akan selalu kurindukan. Senyum dan darah yang menyakitkan. Untukku dan untuk Lian. Aku membisu, menangis. Mama datang, ia membawaku keluar dari sana. Lian di dalam, bersama dokter dan suster yang merawatnya. Aku tetap menangis.

***

            Dokter keluar dari kamar Lian. Dokter mengatakan bahwa nyawa Lian sudah tidak bisa diselamatkan. Kali ini Lian pergi. Benar-benar pergi. Lian akan bertemu dengan papa, kak Dina, sama kak Mika disana. Lian pasti bahagia. “Aku akan menyusulmu Lian, tunggu aku”. Pemakaman Lian dilaksanakan keesokan harinya, aku ikut mengantar Lian ke tempat peristirahatan terakhirnya. Aku masih tidak percaya, rasanya seperti mimpi. Selamat jalan Berliani Indi , 11-01-1996 , 10-11-2012.

***
___________________________________________________________________
                -Lian curang!-
Kamu curang Lian. Kamu bertemu mereka lebih dulu daripada aku. Kamu juga jahat. Kamu ninggalin aku sendiri, disini. Aku benci kamu Lian, tapi aku sayang kamu. Kamu SAHABAT TERBAIK AKU Lian. Tunggu ya, aku bakal nyusul kamu kesana. Kamu jangan cari sahabat disana ya, yang boleh jadi sahabat kamu cuma aku. Apa? Kamu bilang apa? Aku egois? Mm-hmm aku memang egois ..
GOOD FRIEND ARE HARD TO FIND, HARDER TO LEAVE, AND IMPOSSIBLE TO FORGET. That’s You, Lian :)
__________________________________________________________________

***
___________________________________________________________________
                -Lian Corner-
Lian itu baik. Sangat baik. Dia juga cantik, pintar, energik, dan menarik. Dia juga selalu berbuat baik ke semua orang. Semua orang menyukai Lian. Semua orang pasti akan bahagia saat berada di dekatnya. Lian selalu melakukan perbuatan baik yang membahagiakan hati orang lain :)
__________________________________________________________________

***
___________________________________________________________________
                -Buat Mama-
Mama mungkin ini diary terakhir yang Muti tulis. Ini khusus buat mama. Maaf kalo tulisannya jelek, bukan karena Mutia nggak niat nulisnya, tapi kemampuan nulis Muti Cuma bisa mentok sampai sini. Mama, makasih ya buat apa yang mama lakuin selama ini, mama kerja buat Muti, mama cari uang buat ngobatin Muti, mama kuat ngejalanin hidup demi Muti. Muti sayang mama, Jangan lupain Muti ya ma. Baik-baik disini, maaf Muti harus ninggalin mama sendiri disini. Sekali lagi terima kasih buat semuanya mama. _MUTI SAYANG MAMA_
__________________________________________________________________

            Hari ini 7 hari setelah kepergian Lian. Aku berencana untuk pergi ke makam Lian. Tapi aku tidak bisa. Tubuhku sudah terlalu lemah. Aku takut kalau aku akan diambil hari ini. Seharusnya aku bahagia karena aku akan dipertemukan dengan papa, kak Dina, Lian, dan kak Mika. Aku takut meninggalkan mama sendiri disini, aku tidak tega. Tapi aku sudah tidak kuat lagi melawan penyakitku. “Mama maafin Muti, Muti pergi dulu ya ma, mama jaga diri baik-baik” aku masih sempat melihat mama menangis, tapi kemudian aku tidak tau apa yang selanjutnya terjadi.

15 komentar:

Rachmawati Utami mengatakan...

Cerpenmu bagus banget sayang :')
Aku sampai nangis baca cerpenmu :')
Good job :)

Anonim mengatakan...

bagus !!

Unknown mengatakan...

Bagus bnget...

resty ayu permatasari mengatakan...

nice :)

Asa mengatakan...

@Rachmawati :
thankyou so much ma :3

@Anonim :
makasih ya :)

@Riki :
hehe, makasih. salam kenal :)

@Resty :
thankyou resty, sering-sering mampir ya :3

syukur mengatakan...

ikut mewk bacanya hiks..hiks..

Gempur mengatakan...

Mendadak aku begitu cengeng baca cerpen ini. :'(

Aqmal mengatakan...

Jangan-jangan ini bakat terpendam :o Bagus..

noni zakaria mengatakan...

Baguss bgt :') aku baca nyaa sambil nunggu Pb2+ dan Cu2+ mengendap di Lab. Fundamental Kimia ITS... semangat dek
Teruslah berkarya

Asa mengatakan...

@Syukur :
*sodorin tissue* terima kasih sudah mau baca, sering sering mampir :)

@Pak Gempur :
*sodorin tissue lagi* jarang-jarang bisa bikin Pak Gempur nangis :D Bagus nggak pak cerpennya?

@Mas Aqmal :
Hmm bakat terpendam ya? Semoga saja begitu mas :)

@Mbak Fyrda :
Eh ada anak ITS lagi praktek :D Terima kasih mbak, semoga memang bagus ya :) Salam buat Pb2+ dan Cu2+nya. Uda mengendap belum mereka?

Falda Kumala mengatakan...

apik haha

tiara mengatakan...

Bagus cerpennya..

syukur mengatakan...

Ditunggu cerpen berikutnya yang lebih bagus.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Posting Komentar

leave a comment here, commenters.

 

Anything Posting Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review